GURU BELAJAR INKLUSIF HARI KEDUA #PART3

 KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS

3. Anak dengan Hambatan Lainnya

a. Anak dengan Gangguan Perilaku dan Emosi

Menurut Gunawan (2011) anak dengan gangguan perilaku adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan dan pendidikan secara khusus.

Di dalam dunia Pendidikan Khusus dikenal dengan nama anak hambatan perilaku dan emosi (behavioral disorder). Kelainan tingkah laku ditetapkan bila mengandung unsur:

Tingkah laku anak menyimpang dari standar yaDerajat penyimpangan tingkah laku dari standar umum sudah ekstrim

Lamanya waktu pola tingkah laku itu dilakukan.

Secara umum anak hambatan perilaku dan emosi (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a)       Cenderung membangkang.

b)       Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.

c)       Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.

d)       Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.

e)      Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos jarang masuk sekolah.

 

b.      Anak Autis

Autisme berdasarkan Individuals with Disabilities Education (IDEA) yang dikutip oleh Rahardja (2006) adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap komunikasi verbal dan non verbal serta interaksi sosial, umumnya terjadi pada usia sebelum tiga tahun, yang berpengaruh buruk terhadap kinerja pendidikan anak.

Karakteristik yang lain sering menyertai autisme seperti melakukan kegiatan yang berulang-ulang dan gerakan stereotip, penolakan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan dalam rutinitas sehari- hari, dan memberikan respon yang tidak semestinya terhadap pengalaman sensori. Secara umum anak autis memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Mengalami hambatan di dalam bahasa.
2) Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat sosial.
3) Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan.
4) Kurang memiliki perasaan dan empati.
5) Sering berperilaku di luar kontrol dan meledak-ledak.
6) Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku.
7) Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri.
8) Keterbatasan dalam mengekspresikan diri
9) Berperilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Dalam dunia pendidikan, anak autis ini dapat digolongkan ke dalam beberapa spektrum, yaitu sebagai berikut.
(a) Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat tinggi. (High function children with autism).
(b) Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat menengah (Middle function children with autism).
(c) Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat rendah (Low function children with autism).

 

c.       Anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa

Anak yang memiliki potensi kecerdasan istimewa (gifted) dan anak yang memiliki bakat istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas kemampuan anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan  pelayanan pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat istimewa disebut sebagai gifted & talented children (Dudi Gunawan, 2011).

Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di dalamnya: domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai- nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.

Berikut beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat istimewa pada masing-masing domain di atas. Namun demikian perlu dicatat bahwa tidak semua anak-anak berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan atau memiliki karakteristik intelektual-kognitif seperti di bawah ini (Gunwan, 2011):

a.Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.

b.Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.

c.Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.

d.Mampu menggeneralisasikan suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.

e.Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.

f.Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.

g.Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.

h.Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.

i.Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.

j.Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.

k.Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.

l.Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.

m.Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.

n.Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.

o.Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

 

d.      Kesulitan Belajar Spesifik (Disleksia, Diskalkulia, Disgrafia)

Anak yang mengalami learning disabilities (LD) atau Specific Learning Diificulties (SLD) secara umum dapat diartikan suatu kesulitan belajar pada anak yang ditandai oleh ketidakmampuan dalam mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya dan berdampak pada hasil akademiknya. Kesulitan belajar merupakan hambatan atau gangguan belajar pada anak atau remaja yang ditandai adanya   kesenjangan   yang   signifikan   antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai oleh anak seusianya.

Anak LD atau SLD adalah masalah belajar primer yang disebabkan karena adanya deficit atau kekurangan fungsi dalam satu atau lebih area inteligensi. Penyebabnya gangguan neurologis dan genetik. Istilah LD atau SLD hanya dikenakan pada anak-anak yang mempunyai inteligensia normal hingga tinggi. Gangguan ini merupakan gangguan yang kasat mata, berupa kesalahan dalam hal membaca (disleksia), menulis (disgrafia), dan berhitung (diskalkulia). Kesalahan yang terjadi akan selalu dalam kesalahan sama secara terus menerus, dan dibawa seumur hidup (long live disabilities). Adapun karakteristiknya dapat diidentifikasi dari hal-hal berikut ini.

PDBK yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)

a) Perkembangan kemampuan membaca terlambat,

b) Kemampuan memahami isi bacaan rendah,

c) Kalau membaca sering banyak kesalahan

PDBK yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)

a) Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,

b) Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,

c) Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,

d) Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,

e) Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.

PDBK yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)

a) Sering salah menulis angka 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya

b) Rancu atau bingung dengan simbol-simbol matematis. Misalnya tanda +, -, x, :, dan sebagainya.

0 komentar

Menghargai Peran Guru: Sebuah Refleksi Pada Hari Guru

Hari Guru adalah saat yang istimewa bagi para pendidik di seluruh dunia. Sebuah kesempatan bagi kita semua untuk merenung, menghormati, dan ...