Selalu Ada Yang Pertama Untuk Segalanya

 Melihat antusiasme masyarakat mengenai CPNS pada akhir – akhir ini, tiba – tiba membawa pada ingatan saya di tahun 2018. Ya, pertama kali mencoba tes yang tak saya sangka menjadi awal takdir perjalanan selama 38 tahun kedepan. Tentu tak semudah mengupload kabar bahagia di medsos, semua yang di dapatkan ini berjalan dengan penuh drama dan duka dibelakangnya. Kata orang sih saya itu selalu “BEJO”, tapi menurut saya ini kekuatan do’a seorang Ibu. Sangat tidak mudah lahir dari keluarga broken home sejak duduk di bangku kelas 2 SD. Harus berjuang mendapatkan peringkat di sekolah adalah cara saya untuk mendapatkan hari esok. Masuk SMP, SMA dan Perguruan Tinggi Negeri misalnya. Semua didapat tanpa tes tapi di dapat melalui proses. Walaupun pasti dibelakang nya disertai rasa ragu, karena jika tidak berbeasiswa tidak bisa sekolah apalagi kuliah. Beruntung, sudah memiliki jiwa ambisius yang mau mengusahakan segala cara hingga tujuannya didapat. Haha, lebih tepatnya ambisius agar tidak di nikahkan dengan anak bandar sayur oleh bapak. Ketidak ridhoan seorang Ibu mendengar anak yang sudah susah payah berjuang, terjawab dengan kelulusan saya pada SNMPTN beserta beasiswa bidikmisi, walaupun masuk di jurusan yang sama sekali tidak saya minati. Biaya kuliah sih gratis, tapi tidak dengan biaya hidup masa kuliah. Banting tulang berjualan makanan hingga bouqet bunga tanpa absen saya jual setiap ada perayaan wisuda.

Tak mudah saat itu untuk saya menurunkan gengsi demi sesuap nasi dan disisi lain harus mempertahankan prestasi. Sukarela mengajar dengan tujuan untuk menyambung hidup di semester akhir, kenyataanya mendapat gajih yang tak wajar dibanding tenaga dan waktu yang telah dikeluarkan. Pernah dititik mengeluh dan menyesal karena jurusan saya ini nyatanya dilapangan penghargaan untuk seorang guru semakin menipis, baik dari gajih maupun status sosial. Miris, tapi itu saya rasakan ketika pertama kali menjadi guru honorer ditengah kota. Semua yang dialami disana menuntun saya agar menjadi seseorang yang lebih dan berusaha membuktikan pada orang – orang yang meremehkan kala itu. Lagi – lagi ambisi ini membawa saya pada takdir. Apakah mulus? Tentu tidak. Tapi ketika do’a seorang ibu menyertai setiap langkah anaknya, mampu membawa ketempat dimana kamu bisa menggapai mimpimu. Sedikit demi sedikit dan perlahan mulai berlari sampai harus berlari sekencang mungkin bisa sampai ke titik ini. Perjuangan saya ini belum selesai, masih banyak rintangan yang harus dilalui. Jangan takut melangkah karena segala sesuatu harus selalu ada yang pertama untuk segalanya. Pepatah sunda betul adanya, “Mun urang PEURAH bakal PEURIH” artinya jika kita bekerja keras akan menghasilkan hasil terbaik

0 komentar

Menghargai Peran Guru: Sebuah Refleksi Pada Hari Guru

Hari Guru adalah saat yang istimewa bagi para pendidik di seluruh dunia. Sebuah kesempatan bagi kita semua untuk merenung, menghormati, dan ...