Saat pandemi COVID-19 muncul kegiatan manusia dibatasi, begitu pun dengan kegiatan belajar mengajar, sehingga harus melaksanakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Hal ini dilakukan guna membatasi penyebaran virus COVID-19. Pada tanggal 9 Maret 2020, menteri pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan surat edaran nomor 2 tahun 2020 dan nomor 3 tahun 2020 mengeluarkan kebijakan pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah.
Pimpinan pendidikan di setiap daerah
yang terdampak, diminta untuk menghentikan seluruh kegiatan seperti pembelajaran
di sekolah secara tatap muka. Sebagai tindak lanjut dari surat edaran tersebut
seluruh dinas pendidikan juga diminta untuk mengeluarkan kebijakan tentang
proses pembelajaran secara daring dan luring dari rumah bagi seluruh sekolah.
Kegiatan belajar mengajar dari rumah mau tidak mau
dilaksanakan dengan segala keterbatasan. Kegiatan PJJ haruslah lebih
bervariasi, semua kegiatan haruslah yang mudah dilakukan di rumah. Semua proses
pembelajaran dilaksanakan di rumah dengan cara, guru memberikan tugas melalui
media sosial yang terhubung langsung dengan orang tua. Pada awalnya, PJJ
dilaksanakan dengan tetap mengacu kepada Kompetensi Dasar yang diharapkan dapat
dicapai siswa. Namun dengan berjalannya waktu, seiring dengan keterbatasan
orang tua dalam mendampingi, proses PJJ akhirnya disiasati dengan titik tekan
pada life skill (keterampilan hidup).
Kegiatan melaksanakan life
skill (keterampilan hidup) siswa bisa dipraktekkan dengan kegiatan beragam,
seperti misalnya mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari, memecahkan masalah,
berinovasi, berkolaborasi, bersosialisasi, berkreativitas ataupun yang lainnya.
Dalam berkreativitas, siswa akan menemukan banyak hal yang beragam, ide yang
beragam, proses yang beragam. Dalam keadaan PSBB dan pandemi covid-19 ini siswa
satu sisi harus tetap menerima pembelajaran dari guru, sisi lain pelaksanaannya
harus menjalankan social distancing dengan
tetap di rumah serta orientasi pembelajaran ada pada life skill (keterampilan hidup). Jadi siswa harus tetap belajar,
berlatih dan berkreativitas dalam keberagaman dengan segala keterbatasannya.
Dari permasalahan tersebut guru memanfaatkan hal terdekat
siswa agar mempermudah proses pembelajaran dari rumah. Mengingat sabda Rasul “Didiklah anakmu sesuai zamannya“ peserta didik
yang guru hadapi sekarang yaitu generasi Z, segalanya ingin serba instan, anti
ribet, mudah bosan terhadap sesuatu yang monoton tanpa sentuhan teknologi dan
mereka sangat akrab dengan dunia digital atau dunia maya. Maka, guru dan siswa perlu
perangkat penunjang agar pembelajaran jarak jauh berjalan lancar, seperti
laptop, smartphone dan kuota atau wifi. Tetapi Hal tersebut yang sering kali menjadi hambatan utama di
lapangan bukan hanya kemampuan materi dan kepemilikan perangkat, yang harus
diperhatikan juga masalah keahlian dalam penggunaan aplikasi untuk proses
pembelajaran daring dan luring. Pembelajaran jarak jauh secara tidak langsung telah
memaksa kita untuk cepat tanggap dengan teknologi informasi serta berbagai aplikasi
digital yang mendukung proses pembelajaran. Namun sayangnya masih menjadi
hambatan di lapangan, terutama masalah sarana prasarana dan kualitas sumber
daya manusia.
Pembelajaran Jarak Jauh membawa guru
kepada era industri 4.0 yang harus akrab dengan dunia digital dan mampu
menganalisis keinginan dan kesanggupan siswa juga orang tua siswa, mulai dari
cara menerima materi, evaluasi dan kegiatan yang melatih motorik siswa saat
berkegiatan PJJ. Mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 kita sebagai guru harus membentuk siswa menjadi
sosok profil pelajar pancasila.
Apa itu profil pelajar pancasila? Pelajar
Pancasila merupakan pelajar indonesia yang memiliki kompetensi global tetapi
berkarakter yang berpedoman pada nilai pancasila, yaitu beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong,
mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dari hambatan – hambatan yang ada,
sebenarnya guru harus bisa mencari celah bagaimana PJJ ini bisa efektif dan
efisien. Guru bisa memanfaatkan media sosial terdekat siswa untuk PJJ,
disesuaikan dengan situasi dan kondisi misalnya Whatsapp dan Youtube. Tak hanya
digunakan sebagai sarana belajar siswa tapi bisa menjadi sumber inspirasi
bahkan tempat berkarya bagi guru. Akibat pandemi banyak sekali guru yang nekat
menjadi guru youtuber.
Mengapa harus guru youtuber? Berdasarkan
temuan dilapangan, siswa kita generasi milenial ketika ditanya cita – cita yang
dia miliki pasti menjawab youtuber, artis, selebgram. Pergeseran rolemodel ini
terjadi karena perkembangan zaman dan media sosial yang memang sangat memiliki
pengaruh besar untuk saat ini. Alasan lainnya tidak lain bertujuan untuk tampil
beda, menarik perhatian siswanya juga secara tidak langsung menstimulus agar
siswa melakukan, berkreativitas seperti apa yang dilakukan gurunya di media
sosial, tentunya kegiatan yang positif, berfikir kritis dan menjadi pribadi
yang mandiri. Terutama siswa jenjang sekolah dasar yang masih konkrit dalam membaca, berhitung atau
memahami sesuatu.
Alternatif video pembelajaran memang dirasa efektif efisien saat ini dan membuat daring tidak garing. Bagaimana caranya? Pertama, tampilya guru pada video pembelajaran, kedua bahasa yang digunakan dalam penyampaian materi di video pembelajaran harus ringan, ketiga mmerhatikan background, backsound dan komposisi warna pada tampilan video keempat, menampilkan animasi atau gift pendukung agar menarik kelima, buatlah anak melakukan bukan hanya menonton. Terlihat rumit tapi sebenarnya apabila sudah mempersiapkan nya semua akan terasa mudah dan menyenangkan. Selama PJJ ini saya sebagai guru telah menghasilkan 40 Video pembelajaran dan sesuai observasi yang saya lakukan pada siswa siswi saya sendiri ternyata dengan video pembelajaran mereka lebih bersemangat dan mau mencoba. Video pembelajaran pun ternyata memudahkan orang tua siswa dalam menjelaskan materi kepada anak dan menyamakan persepsi atau konsep dasar sebuah materi.
Dari pandemi covid–19 ini diharapkan guru dan siswa tidak merasa terbatasi kreatifitasnya, karena banyak sekali referensi di luar sana. Ambilah sudut pandang lainnya, sebagai guru kita manfaatkan untuk memperkaya hal baru dan mengupgrade diri dengan ikut serta dalam pelatihan yang menunjang keprofesionalan dan pembelajaran di kelas. Siswa belajar di rumah bisa memanfaatkan waktu untuk lebih dekat dengan keluarga dan melatih keterampilan hidup (life skill) seperti mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari, memecahkan masalah, berinovasi, berkolaborasi, bersosialisasi, berkreativitas ataupun yang lainnya.
0 komentar